PALI, SUMSESL, SEPUTARNEGERI.COM – Embung adalah bangunan penyimpan air yang dibangun. Kolam embung akan menyimpan air di musim hujan dan kemudian air dimanfaatkan bagi suatu desa atau kelompok masyarakat hanya selama musim kemarau.
Selain itu embung juga bisa mengendalikan banjir, apalagi di musim penghujan dimana limpahan air tidak dapat tertampung dengan cukup pada badan air seperti sungai, saluran drainase maupun prasarana sumber daya air lainnya. Dimana laju airnya berasal dari hulu ke hilir.
Makna dari banjir itu sendiri adalah peristiwa bencana alam yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan.
Untuk di Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) yang kerap menjadi langganan banjir pada musim penghujan adalah kawasan simpang 4 Kelurahan Talang Ubi Timur.
Banjir yang sering terjadi di Simpang 4 ini selain sering merendam rumah warga disekitar, bahkan badan jalan pun tak luput dari genangan air. Hal ini disampaikan oleh salah satu warga Kecamatan Talang Ubi.
“Simpang 4 sering banjir yang mengakibatkan rumah warga terendam, dari dulu sampai sekarang seperti tidak ada solusi ” ujar Wak Mat. (22/11).
Ia menjelaskan kembali, berharap kedepan Pemkab. PALI mampu menyelesaikan permasalahan banjir ini.
Dilain pihak Pemkab. PALI melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR), membuat terobosan dalam sistem pengendali banjir dengan membangun embung/ kolam retensi disimpang 4 Kelurahan Talang Ubi Timur Kecamatan Talang Ubi ini.
Selain sebagai pengendali banjir embung/ kolam retensi bisa dimanfaatkan sebagai sarana pariwisata air, konservasi air, karena mampu meningkatkan cadangan air tanah setempat.
Untuk pengendali banjir jenis kolam retensi yang dapat diterapkan, yaitu: Kolam Retensi yang berada di samping badan sungai ataupun aliran sungai – kecil . Prinsip yang dipakai dalam pembangunannya harus tersedia lahan yang cukup karena secara parsial berada di luar alur sungai. Syarat yang lain adalah tidak mengganggu sistem aliran sungai yang ada.
Saat di temui Kepala Dinas (Kadin) PUTR PALI, H.Ristanto Wahyudi, ST. MT, disela kesibukannya menyampaikan kolam retensi disebut-sebut sebagai solusi jangka panjang untuk mengatasi banjir di daerah simpang 4.
“Tentu saja solusi jangka panjang ini perlu didukung pula dengan solusi jangka pendek, seperti pelebaran alur sungai dan meninggikan tanggul,” ujar Ristanto. (23/11).
Lanjut Ristanto Wahyudi menambahkan, konsep dasar dari kolam retensi adalah menampung volume air ketika debit maksimum di dainase atau sungai, kemudian secara perlahan lahan mengalirkannya ketika debit di sungai sudah kembali normal.
“Secara spesifik kolam retensi akan memangkas besarnya puncak banjir yang ada di sungai ataupun drainase,” tutupnya.
Di tempat yang sama Kepala Bidang (Kabid) Tata Ruang dan Bina Kontruksi Jepran, St juga menyampaikan bahwa Kolam retensi adalah kolam yang dibuat untuk menggantikan fungsi lahan resapan yang sudah tidak bisa lagi menjalankan fungsinya dengan maksimal dikarenakan banyak hal.
“Misalnya saja lahan resepan yang tertutup, lahan resapan yang berubah fungsi menjadi kawasan perumahan dan perkantoran serta beberapa penyebab lainnya,” ujarnya.
Lanjut Jepran, Kolam buatan ini selanjutnya akan menampung air hujan secara langsung dan juga menampung aliran air dari sistem drainase untuk kemudian diresapkan ke dalam tanah. Karena berfungsi sebagai resapan buatan.
“Maka kolam retensi dibuat pada bagian yang paling rendah dari lahan. Sedangkan luas dan kedalaman kolam bergantung pada luas lahan yang beralih fungsi menjadi kawasan perkantoran atau pemukiman,” jelasnya.
Sambung Jepran, semoga pembangunan Embung/ Kolam Retensi di Simpang 4 ini, dapat berjalan dengan lancar dan mampu menanggulangi banjir yang kerap terjadi.
“Inilah bentuk tanggung jawab, Pemkab. PALI terhadap masyarakat, dalam upaya menanggulangi banjir,” tutup Jepran. (red).
0 Comments