Muara Enim – Dalam rangka ikut memeriahkan dan support peringatan hari jadi kabupaten Muara Enim ke 77, dengan menyelenggarakan karnaval seni dan budaya, SMPN 1 Muara Enim ikut berkontribusi dengan menampilkan suatu adat budaya daerah mengambil tema “NGETAM dan MESAP” kegiatan karnaval dilaksanakan dengan mengambil start halaman kantor Bupati Muara Enim Sumatera Selatan. Kamis (16/11/23)
Ngetam dan mesap, ini merupakan kebiasaan di pedesaan, pada saat musim tanam maupun panen setelah 6 bulan bercocok tanam dengan bergotong royong (bebiye) mulai dari menanam padi, kemudian padi akan dipanen.
Demikian istilah mesap, juga merupakan kebiasaan yang berkembang di pedesaan, mesap ini cara menangkap ikan dengan menggunakan perahu ketika sungai besar setelah hujan turun, mesap bisa dilakukan sendiri atau orang dua.
Hal ini disampaikan Kepala SMPN 1 Muara Enim Ipan Darmanto, S.Pd, M.Si “sangat apresiasi apa yang diselenggarakan Pemkab Muara Enim dengan melaksanakan karnaval seni adat dan budaya daerah Muara Enim, dan kegiatan ini tetap dilanjutkan, kalau bisa hal seperti ini dijadikan agenda tahunan, agar para penggiat termotivasi untuk berkarya ciptakan inovasi baru.
Lebih lanjut dikatakan Ipan “kebiasaan yang dilakukan di pedesaan pada saat musim tanam, mengumpulkan sanak keluarga untuk menyampaikan bahwa mereka akan bertanam padi sekaligus minta bantu untuk gotong royong (bebiye) dengan mengajak bujang dan gadis dusun atau desa,” tuturnya.
Setelah bercocok tanam, 6 bulan kemudian mulai musim panen, dengan istilah “NGETAM” , ngetam juga dilakukan dengan cara gotong royong atau bebiye, cara ini dengan memanen padi menggunakan tuai (sebuah alat untuk manen padi yang terbuat dari bambu kecil dan diberi mata pisau sesuai dengan kebutuhan, inilah istilah “NGETAM”.
Kemudian istilah “MESAP” kegiatan ini dilakukan untuk mencari ikan pada saat air sungai besar atau sehabis hujan air sungai jadi keruh, pada saat itulah ikan keluar dari sarangnya dengan alat yang berbentuk seperti lingkaran terbuat dari 2 batang bambu yang disambung membentuk lingkaran hampir mirip tanda love, kegiatan ini dilakukan hanya dua orang atau orang, biasanya menggunakan perahu.
Selanjutnya diungkapkan Kepala SMPN 1 Muara Enim, untuk tetap terpeliharanya adat budaya yang ada di pedesaan, sebagai harapan, agar tetap dijaga sawah yang ada untuk tidak lagi menggusur atau menggunakan sawah untuk pembangunan, juga air sungai bersama sama dipelihara keasriannya, kebersihannya dijaga jangan sampai dikotori, karena air merupakan sumber kehidupan makhluk yang ada di muka bumi ini, jika air sudah tercemar, maka pupuslah harapan untuk menjaga kebersihan sungai. Demikian diungkapkan Ipan Darmanto. (Mumar)
0 Comments